Minggu, 22 Februari 2009

Ilusi Pikiran

Filed Under Pikiran, Ilusi, Tips, Kisah Nyata | Del.icio.us

Berikut adalah sebuah kisah nyata bagaimana seseorang terjebak pada Ilusi yang diciptakan oleh Pikiran.

Beberapa bulan lalu seorang kerabat dekat bercerita bahwa dia baru saja berhenti dari perusahaannya karena ketidakcocokan dengan managementnya dan sedang mencari pekerjaan baru. Impiannya dan tentu saja impian semua orang adalah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan bayaran gaji yang tentunya lebih baik juga. Intinya dia minta kami turut mendoakan supaya dia dapat segera menemukan pekerjaan yang baru.

Setelah beberapa bulan kemudian kembali kami berbincang dan dia menceritakan telah dipanggil wawancara dan sedang dalam tahap pertimbangan, namun dia juga bercerita bahwa sebagian besar perusahaan yang menawarkan pekerjaan tersebut umumnya menawarkan gaji dibawah standar gaji yang ditetapkannya (yang menurut saya pribadi nilainya sangat tinggi, tapi setiap orang berhak menetapkan nilai profesionalismenya sendiri bukan?) dan kalau pun ada satu dua perusahaan yang mendekati permintaanya, tetap saja kurang tertarik dengan pertimbangan berat diongkos dll, sehingga kalau di hitung-hitung rugi. Singkat kata tidak ada tawaran yang cocok baginya.

Setelah mendengarkan ceritanya, saya coba memberikan sebuah kisah / analogi berikut:

Suatu hari ada seseorang pria yang mengapung ditengah-tengah laut karena kapalnya karam, pria tersebut berdoa kepada Tuhan; “Tuhan tolonglah saya…”

Tak lama sebuah perahu nelayan datang mendekati dan bermaksud menolongnya, namun pria tersebut menolak dan menjawab; Terima kasih atas pertolongan yang anda berikan, tapi saya sudah minta kepada Tuhan untuk menolong saya.
Karena berkeras tidak mau ditolong, akhirnya sang nelayan mengayuh pergi perahunya.

Berikutnya datanglah sebuah kapal speed boat untuk menolong, dan pria tersebut berkeras unuk tetap disana menunggu pertolongan Tuhan, akhirnya kapal speed boat tersebut pergi meninggalkannya juga.

Berselang kemudian datanglah sebuah kapal pesiar yang juga bermaksud menolongnya, dan sama seperti yang sudah-sudah, akhirnya kapal pesiar tersebut pergi meninggalkannya.

Seperti yang bisa ditebak, akhirnya pria tersebut tenggelam.

Dengan kisah tersebut saya coba memberikan pemahaman, kita berdoa dan meminta bantuan kepada Tuhan dan seringkali kita mengabaikan bantuan yang sudah datang / diberikan.

Terkadang apa yang datang tidak sesuai dengan harapan, tapi kita tidak pernah tahu rencana-Nya, jadi jangan terlalu banyak berpikir dan menimbang tapi jalani saja apa yang terbaik yang ada dihadapan kita.

Setelah sekian lama berselang saya kembali mendengar cerita terbarunya, kali ini dia bercerita kebingungannya bahwa sebetulnya dia sudah diterima dengan standar gaji yang dia harapkan/tetapkan namun dengan status kontrak dan tanpa tunjangan-tunjangan. Dan yang mengherankan saya adalah bahwa perusahaan tersebut telah memberikan kesempatan kepadanya selama 1 minggu yang berakhir tepat satu hari sebelum dia menelpon kami.

Secara garis besar pertimbangan yang mendasari kebingungannya adalah :

1. Karena statusnya adalah karyawan kontrak selama 1 tahun saja.

2. Karena tidak ada tunjangan atau Asuransi dan sejenisnya yang dapat memberikan jaminan masa depan, misalnya bila nanti dia akan berkeluarga dan tiba-tiba keluarganya sakit tidak ada tunjangan dari perusahaan.

3. Bahwa dia sudah bosan berpindah-pindah tempat kerja dan ingin menetap disebuah perusahaan.

Mendengar cerita tersebut saya hanya dapat menghela napas dan sangat menyayangkan bahwa sesungguhnya dia tidak berbeda dengan Pria yang berada ditengah laut, dan bahwa dia telah terjebak dalam ilusi masa depan yang diciptakan pikiran berdasarkan pengalaman masa lampau tanpa mempertimbangkan situasi / keadaan saat kini. (Baca: The Power of Now, karya Eckhart Tolle).

Begitu banyak situasi dan pertimbangan masa kini (saat ini) yang telah diabaikan, misalnya saja :

1. Situasi Sosial Politik dan Ekonomi telah memaksa sebagian perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia melakukan sistem kontrak, sebetulnya ini tidak berbeda jauh dengan karyawan tetap, hanya saja perusahaan bisa lebih flexible untuk tidak memperpanjang kontrak kerja tanpa harus dibebani dengan kewajiban-kewajiban. Selain itu selalu ada kemungkinan dimana perusahaan memperpanjang kontrak kerja atau malah merubah statusnya menjadi karyawan tetap dikemudian hari.

Saya mengenal banyak teman dan rekan lain yang bekerja dengan sistem kontrak hingga bertahun-tahun lamanya, malah sebagian dikirim keluar negeri selama beberapa tahun untuk membantu cabang dan unit usaha perusahaan.

2. Tunjangan untuk keluarga? xixixi sungguh menggelikan… begitu hebatnya pikiran menguasai dirinya sampai memiliki ilusi semacam ini. Bukannya saya bermaksud untuk mengatakan kalau dia tidak akan berkeluarga, tapi setidaknya bukan dalam jangka waktu 1 tahun ini kan? apalagi sampai punya anak. Dan hal ini pun dibenarkan olehnya walau tetap saja berkeras tidak adanya tunjangan akan memberatkannya dimasa depan.

3. Bosan pindah kerja dan tidak mau pindah-pindah lagi? Satu lagi ilusi pikirian yang bekerja menggunakan pengalaman masa lampau. Apa sih yang membuat kamu yakin kalau kamu bisa bertahan bekerja di perusahaan itu untuk masa 10 tahun yang akan datang? Apa ga lebih bosan tuh?

4. Pengalaman : menilik usia yang masih muda dan masih produktif sayang sebetulnya kalau melewatkan banyak kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja di berbagai perusahaan, bagi saya pribadi pengalaman seringkali lebih berharga untuk bekal dikemudian hari.

5. Situasi Saat Ini : situasi dimana yang bersangkutan membutuhkan pekerjaan dan penghasilan yang baik, terlepas dari tunjangan-tunjangan yang belum dibutuhkannya.
Mungkin pekerjaan / gaji yang ditawarkan belum terlalu sesuai, tapi pertimbangkanlah apakah gaji tersebut dapat menutupi kebutuhan sehari-hari? sukur-sukur kalau punya lebih yang cukup untuk ditabung.

Pekerjaan yang ditawarkan mungkin akan membawanya ke sebuah jenjang karir yang lebih baik, siapa tau perusahaan melihat anda yang dengan bekerja sepenuh hati dan berdedikasi penuh mempertimbangkan anda untuk suatu posisi lain yang lebih tinggi dan menarik?

Dan masih banyak lagi pertimbangan masa kini yang lebih relevan untuk dijadikan acuan.

Sayang mengingat batas waktu yang telah terlampaui dan dia masih saja dalam kebingungan, hilang sudah kesempatan baik didepan mata.

Terlepas dari kacamata pribadi dan bila melihat dari sudut kacamata management / perusahaan saya pribadi menilai orang seperti ini adalah orang yang terlalu sombong dan terlalu banyak menuntut sementara yang bersangkutan masih harus membuktikan professionalisme dan kompetensinya kepada perusahaan.

Tentu saja hal ini akan berbeda bila dia di bajak oleh perusahaan yang pasti telah menganggap dia sangat kompeten dan sudah yakin dengan hasil kerjanya, dalam situasi ini tentu saja dia memiliki Bargaining position yang cukup kuat untuk menuntut penghasilan atau tunjangan yang jauh diatas standar rata-rata.

Semoga artikel ini bisa menjadi sebuah renungan bagi para pencari kerja, selalulah bertindak dengan situasi masa kini dan jangan tengelam dalam ilusi masa depan yang dibuat oleh pikiran dengan berdasarkan pengalaman masa lalu yang tidak relevan.

Popularity: 40% [?]
Comments

Leave a Reply

Name (required)

Email Address(required)

Website

Tidak ada komentar: